Propellerads

Khutbah Ied 1437 H "MENJAGA KESUCIAN PASCA RAMADHAN"


MENJAGA KESUCIAN PASCA RAMADHAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر – الله اكبر – الله اكبر
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا
اَلْحَمْدُ لِلهِ اللَّذِي اَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْاِسْلَامِ – وَكَفَي بِهَا نِعْمَةً – اَحْمَدُهُ تَعَالَى وَاَشْكُرُهُ عَلَى الْاَئِهِ – وَاُثَنِّى عَلَيْهِ بِمَا هُوَ اَهْلِهِ – وَاُصَلِّى وَاُسَلِّمَ عَلَى نَبِيِهِ – وَخَيْرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ مُحَمَّدِ صَفَوَةُ اَنْبِيَائِهِ وَاِمَامِ رُسُلِهِ – وَاَتَرْضَى عَنِ الْاَلِ الْاَطْهَارِ – وَالصَّحَابَةِ الْاَخْيَارِ – اَمَّا بَعْدُ
 
Jamaah ‘Id yang dirahmati Allah.
Bulan Ramadhan telah berlalu. Bulan yang telah mengharu biru perasaan kita. Membawa jiwa kita kepada ketinggian melalui tangga-tangga takwa. Suasana spiritual kita melambung tinggi meninggalkan bumi yang kita jejak menuju alam illiyyin. Tiba-tiba di bulan itu kita mengalami suasana batin yang berbeda. Tiba-tiba kita lebih dekat dengan masjid, lebih mesra dengan Al-Quran, lebih khusyu’ berhadapan dengan Ar-Rahman. Seolah kita tak tercipta dari tanah.
Suasana di rumah menjadi lebih meriah. Masjid ramai oleh jamaah. Kantor menjadi majelis taklim beriring merdu suara tilawah. Mall dan pusat perbelanjaan berhias spanduk dan baliho pesan-pesan dan taushiyah. Dengan pramuniaga mengenakan kerudung dan kopiyah. Pun pula host di acara Entertainment di media elektronik fasih mengucapkan salam dengan wajah sumringah. Lalu di penghujung bulan suasana bandara, terminal, pelabuhan dan stasiun kereta sibuk melayani pemudik menjinjing tas dan membawa kopor serta oleh-oleh sebagai hadiah.
Kegiatan Ramadhan diselenggarakan. Buka puasa bersama mempertemukan teman alumni seangkatan atau karyawan perusahaan. Atasan dan bawahan menyantap hidangan yang sama pada waktu yang telah ditentukan. Karena bawahan, bukan lantas bersantap belakangan sedang yang atasan didahulukan. Tarawih bahkan qiyam Ramadhan meriah dilaksanakan. Lalu para ustadz dan da’i mendadak menjadi selebriti yang meramaikan panggung-panggung kajian menyampaikan pesan-pesan ketakwaan.
 
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Mengertilah kita betapa Ramadhan telah membawa dan menciptakan perubahan, baik pada skala pribadi, keluarga, lembaga, dan masyarakat. Harapannya semoga perubahan itu bersumber dari keimanan. Sejak panggilan cinta sang Arrahman dari Arasy-Nya “Hai orang-orang beriman, diwajibkan kalian berpuasa…” yang sesungguhnya puasa itu bukan sekedar urusan perut, mulut, dan syahwat, dan ia lebih berurusan dengan jiwa. “Agar kalianbertakwa.”
Pagi ini kita shalat Idul Fitri. Setelah semalam kita menyambut bulan sabit syawwal dan mengucapkan selamat tinggal kepada Ramadhan yang mulia. Dengan kasih sayang Allah jua yang mengantarkan kita kepada idul fitri. Dengan kebahagiaan yang tiada tara kita kumandangkan Takbir, Tahmid dan Tahlil. Kita agungkan Sang Maha Pencipta.
الله اكبر – الله اكبر – الله اكبر ولله الحمد
Hadirin kaum Muslimin, Mulai hari ini kita semua memikul beban berat untuk mempertahankan kesucian ini. Selama sebulan, Tuhan menyaksikan kita bangun di waktu dini hari dan mendengarkan suara istighfar kita. Alangkah malangnya bila setelah hari ini, Tuhan melihat kita tidur lelap bahkan melewati waktu subuh seperti bangkai tak bergerak. Selama sebulan, bibir kita bergetar dengan do’a, dzikir dan kalimat suci al-Qur’an. Celakalah kita bila kita gunakan bibir yang sama untuk menggunjing, memfitnah, dan mencaci maki kaum mukmin.
Selama sebulan, kita melaparkan perut dari makanan dan minuman yang halal disiang hari. Relakah kita sekarang memenuhi perut kita dengan makanan dan minuman yang haram. Setelah hari ini kita akan diuji, apakah kita termasuk orang yang terus mensucikan diri, berdzikir dan shalat atau tetap mendahulukan dunia. Apakah kita termasuk orang yang disebut al-Qur’an tazakka wa dzakarasma rabbihi fashalla, atau termasuk orang yang tu’tsirunal hayatad dunya.
Nabi Muhammad Saw selalu membaca surat al-A’la pada shalat Idnya. Begitu pula Ali bin Abi Thalib ra. Sehingga ada orang munafik yang menuduh Ali tidak pandai membaca al-Qur’an. Ali kw berkata: seandainya orang tahu apa yang terdapat pada surat al-A’la, ia akan membacaya dua puluh kali sehari. Apa yang terdapat dalam surat al-A’la. Mengapa orang dianjurkan untuk membacanya.
Shalat Id adalah shalat yang memisahkan kita antara Ramadhan dan sesudah Ramadhan, antara hari-hari latihan kesucian dan mempertahankannya. Marilah kita simak kembali isi surat al-A’la.
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَى
“Sucikan nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Artinya sucikan nama Tuhanmu dengan dzikir, do’a, istighfar, shalat dan amal shaleh. Sucikan Dia dengan mensucikan dirimu, seperti yang kamu lakukan dalam bulan Ramadhan.
اَلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى – وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
“Dia yang menciptakan dan menyempurnakan, yang menetapkan ketentuan dan memberi petunjuk.” Inilah salah satu sifat Allah. Ia menciptakan siapa saja yang dikehendakinya dan menuntunnya ke arah kesempurnaan. Ia menetapkan ketentuan dan memberikan petunjuk. Hanya orang yang mengikuti ketentuan dan petunjuk-Nya, yang bergerak menuju kesempurnaan.
وَالَّذِي اَخْرَجَ الْمَرْعَ – فَجَعَلَهُ غُثَاءً اَحْوَى
 
“Dan Allah-lah yang menggelarkan rerumputan hijau, lalu menjadikannya sampah yang hitam.” Inilah sifat Allah yang kedua; menurunkan makhluk-Nya yang melanggar ketentuan dan petunjuk-Nya dari kedudukan yang mulia ke lembah yang rendah, dari rerumputan yang hijau menjadi sampah yang hitam, dari al-mar’a menjadi ghutsa-an ahwa.
Pada hari ini, kita telah mensucikan Tuhan Yang Maha Tinggi. Kita telah gumangkan takbir. Setelah sebulan lamanya kita berusaha mendekatkan diri kepada Allah, setelah kita mengurangi makan dan tidur untuk menaati ketentuan dan petunjuk-Nya, kita akan diuji sampai Ramadhan yang akan datang. Apakah kita termasuk hamba-hamba Allah yang setia mengikui ketentuan dan petunjuk-Nya, sehingga kita sedikit demi sedikit kita naik ke maqam yang lebih tinggi, setapak demi setapak kita mendekati Allah Yang Maha Mulia; ataukah , ruhani kita yang indah, yang tumbuh subur di bulan Ramadhan yang dilukiskan al-Qur’an seperti al-mar’a, rerumputan yang hijau, akan berubah menjadi ghutsa-an ahwa.
Hadirin sidang Id yang berbahagia, kita pantas cemas memikirkan hari-hari sesudah hari ini. Kita patut berhati-hati menjaga diri setelah bulan pensucian berlalu. Rasulullah Saw, sering merintih memohon ampunan, padahal ia adalah manusia yang disucikan, insan yang sudah mencapai kesempurnaan. Ummu Salamah pernah terbangun di pertengahan malam dan melihat Rasulullah Saw tidak ada. Kemudian di sudut rumah, ia mendengar Rasulullah menangis terisak-isak dan berdo’a, “Tuhan, jangan tinggalkan aku sendirian sekejap matapun.” Aisyah ra pernah menyaksikan Nabi Muhammad Saw, tidak henti-hentinya menangis pada saat malamnya hingga janggutnya basah dengan air matanya. Ketika sahabat bertanya mengapa. Nabi Saw menjawab, bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur.
Kepada Nabi yang suci, Allah telah memberikan jaminan. Allah akan menjaganya, sehingga ia tidak akan lupa. Inilah jaminan Allah kepada Rasulullah:
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى – اِلَّا مَاشَاءَ اللهُ – اِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَوَمَايَخْفَى – وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى – فَذَكِّرْاِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى
 “Akan kami bacakan kepadamu dan kamu tidak akan lupa kecuali yang dikehendaki Allah. Sungguh Dia mengetahui yang terbuka dan yang tersembunyi. Dan kami memudahkan kamu ke jalan kebaikan, maka berilah peringatan. Sungguh peringatan itu sangat bermanfaat.”
Nabi Saw memperingatkan kita. Bukankah beliau mengatakan, ada dua macam orang yang melakukan puasa; yang mendapatkan ampunan Tuhan; dan yang mendapatkan lapar dan dahaga saja. Beliau bersabda: “Alangkah sedikitnya orang yang shaum dan alangkah banyaknya orang yang yang hanya lapar saja.” Apakah kita termasuk orang yang shaum, atau orang yang hanya melaparkan perut saja. Jawabannya dibuktikan dengan perilaku kita sesudah hari ini. Bila kita sangat hati-hati menjaga anggota badan kita dari kemaksiatan bila kita tetap rukuk, di ujung malam ketika banyak orang tertidur pulas, bila kita sangat peka melihat penderitaan kaum fuqara dan masakin, Insya Allah, kita termasuk orang-orang yang shaum. Namun bila hati kita masih dipenuhi kedengkian kepada sesama kaum mukmin, bila bibir kita masih mengumbar kata cacian dan makian, bila perut kita masih juga dipadati yang haram dan syubhat, bila tangan-tangan kita masih juga bergelimang kezaliman dan perampokan. Kita hanyalah al-jawa’, orang yang melaparkan diri; tidak lebih dari itu. Al-Qur’an menyebut kita al-asyqa, orang-orang yang celaka.
سَيَذَّكَرُ مَنْ يَخْشَى – وَيَتَجَنَّبُهَاالْاَشْقَى – اَلَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى – ثُمَّ لَايَمُوْتُ فِيْهَا وَلَا يَحْيَى – قَدْاَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَاسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى – بَلْ تُؤْسِرُوْنَ الْحَيَوةَ الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةُ خَيْرُوَّاَبْقَى – اِنَّ هَاذَا لَفِى الصُّحُفِ الْاُولَى – صُحُفِ اِبْرَهِيْمَ وَمُوْسَى
“Orang-0rang yang takut akan mengambil pelajaran, orang-orang yang celaka akan menjauhinya. Yang terlempar pada neraka al-Kubra lalu dia tidak mati tidak juga hidup. Berbahagialah orang-orang yang mensucikan dirinya, mengingat nama Tuhannya dan melakukan shalat, tapi kalian lebih menyukai dunia, padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal. Sungguh semua ini ada pada shuhuf terdahulu, shuhuf Ibrahim dan Musa.
“Ya Allah, jadikanlah kami diantara orang-orang yang takut pada peringatan-Mu, yang selalu memelihara kesucian diri dan mengharapkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.”
الله اكبر – الله اكبر – الله اكبر الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا
 
Hadirin jamah sidang ied yang dirahmati Allah
Pada pagi Idul Fitri hari ini, marilah kita kuatkan tekad untuk melestarikan hasil-hasil Ramadhan yang baru lalu, tetapkanlah niat kita bahwa kita ingin terus menuju kesempurnaan dengan mengikuti ketentuan dan petunjuk Allah Swt.
 
Akhirnya marilah kita menghadap Rabbul Alamin dengan khusyuk dan hikmat. Mari kita sampaikan pengakuan dosa dan kelemahan diri kita di hadapan Allah Swt.
“Ya Allah kami berkumpul di hadapan-Mu, sebagaimana kami akan berkumpul di hadapan-Mu pada hari kiamat nanti. Sekarang Engkau inginkan kami memanggil-Mu dan memohon ampunan-Mu. Kelak dihari kiamat Engkau akan mengadili kami dan mempersiapkan azab-Mu. Sekarang Engkau sembunyikan dosa-dosa kami dari manusia, nanti Engkau permalukan kami dihadapan seluruh makhluk-Mu.
“Ya Allah, Engkaulah yang memanggil kami ke sini. Engkaulah yang menuntun kami untuk mensucikan diri. Rabbana, Engkau perintahkan kami untuk memaafkan orang yang menzalimi kami. Kami sudah menzalimi diri kami sendiri, ampunilah kami.
“Engkau perintahkan kami untuk bersedekah kepada kaum fuqara di antara kami, dan inilah kami semua fuqara di hadapan-Mu, berilah kami.
“Engkau melarang kami mengusir orang-orang miskin dari pintu rumah kami. Kami ini semua orang-orang miskin di hadapan-Mu, janganlah Engkau usir kami dari pintu-Mu
“Ya Ghaffar, dengan cahaya-Mu kami mendapat petunjuk. Dengan karunia-Mu kami mendapat kecukupan. Dengan nikmat-Mu kami masuki pagi dan petang. Dan inilah kami membawa dosa-dosa kami di hadapan-Mu.
“Ya Allah, kami mohonkan ampunan-Mu. Kami bertaubat kepada-Mu. Engkau limpahi kami dengan kenikmatan, tapi kami melawan-Mu dengan kemaksiatan. Kebaikan-Mu turun kepada kami dan kejelekan kami naik kepada-Mu. Tak henti-hentinya malaikat yang mulia mengantarkan kepada-Mu kejelekan amal kami. Tapi itu tidak mencegah-Mu untuk melimpahi kami dengan nikmat-Mu dan memuliakan kami dengan anugerah-Mu.
“Subhanaka, betapa penyantun Engkau. Betapa agung Engkau. Betapa pemurah Engkau. Kami tidak akan pernah melupakan pertolongan-Mu pada waktu kami kecil. Engkau besarkan kami dengan limpahan rahmat-Mu dan kemurahan-Mu. Setelah besar, Engkau tinggikan nama kami
“Ya Allah, yang memelihara kami dengan karunia dan anugerah di dunia dan melindungi kami dengan ampunan dan kemurahan di akhirat. Kami menyeru-Mu Gusti, dengan lidah yang bisu karena durhaka. Kami memanggil-Mu, Ya Rabbi, dengan hati yang berlumur dosa. Kami menyeru-Mu, Rabbana, dalam perasaan galau, takut, cinta, cemas dan harap.
Ya Allah, bila kami melihat dosa kami, kami menggigil ketakutan. Bila kami sadar akan kemurahan-Mu, kami melonjak kegirangan. Jika Engkau ampuni, Engkau memang pengasih. Jika Engkau menyiksa, Engkau bukan penyiksa yang zalim.
“Rabbana, sekarang ini telah Kau tutup aib dan dosa kami, keluarkan kecintaan kepada dunia dari hati kami. Kumpulkan kami bersama Nabi al-Mustafa dan keluarganya, dengan para nabi pilihan-Mu di antara makhluk-Mu. Bantulah kami menangisi diri kami, kami telah menyia-nyiakan usia kami dengan penangguhan dan angan-angan. Kami sudah menjadi orang-orang yang putus harapan. Siapa gerangan yang keadaannya lebih jelek dari kami. Jika dalam keadaan kami seperti ini, kami dipindahkan ke kubur, kami belum menyiapkan pembaringan kami, kami belum menghamparkan amal shaleh untuk tikar kami. Bagaimana kami tidak akan menangis, sedangkan kami tidak tahu akhir perjalanan kami. Kami melihat nafsu menipu dan hari-hari melengahkan kami. Padahal maut telah mengepak-ngepakkan sayapnya di atas kepala kami.
“Tuhan, bagaimana kami tidak menangis bila kami mengenang saat menghembuskan nafas yang terakhir. Kami menangis karena kegelapan kubur. Kami menangis karena kesempitan lahat. Kami menangis karena pertanyaan Munkar dan Nakir. Kami menangis karena kami akan keluar dari kubur dalam keadaan telanjang, hina sambil memikul beban dosa di atas punggung kami. Lalu kami melihat ke kiri dan ke kanan. Kami melihat keadaan orang lain berbeda dengan keadaan kami.
“Rabbana, inilah hamba-hamba-Mu yang sepenuhnya bergantung kepada kasih sayang-Mu. Kasihanilah kelemahan tubuh kami. Bukakan pintu rahmat-Mu, terimalah do’a-do’a dan amal-amal kami. Amin
ربنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفرلنا وترحمنا لنا كونن من الخاشرين
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة ............
سبحان ربك رب العزة ............
وسلام على المرسلين
والحمد لله رب العالمين
تقبل الله منا ومنكم
 

0 Response to "Khutbah Ied 1437 H "MENJAGA KESUCIAN PASCA RAMADHAN""

Post a Comment

komputer