Propellerads

Mengenal Jin, Setan dan Iblis

Mengenal Jin, Setan dan Iblis
Banyak orang yang salah paham dalam mengenai "siapakah mereka sebenarnya?" Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk meluruskan segalanya.

Apakah Jin itu?
Makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan setan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Iblis adalah gembongnya setan.
Jin dinamakan jin karena wujudnya yang tersembunyi dari pandangan mata manusia. Firman Allah, "Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka."(QS. Al A'raf 27).

Kalau pun ada manusia yang dapat melihat jin, jin yang dilihatnya itu adalah yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda, "Setan memperlihatkan wujudnya ketika aku shalat, namun atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena adanya doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia." (HR Al Bukhari).

Asal kejadian Jin

Kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas. Allah berfirman, "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (QS. Al Hijr: 27). "Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api." (QS. Ar Rahman : 15).

Rasulullah bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kamu [yaitu dari air sperma dan ovum]." (HR Muslim dari Aisyah di dalam kitab Az- Zuhd dan Ahmad di dalam Al Musnad).

Bagaimana wujud api yang merupakan asal kejadian jin, Al Quran tidak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kita untuk meneliti-nya secara detail. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adhdhak berpendapat bahwa yang dimaksud "api yang sangat panas" (nar al-samum) atau "nyala api" (nar) dalam firman Allah di atas ialah "api murni". Ibnu Abbas pernah pula mengartikannya "bara api", seperti dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir.

Mengubah bentuk

Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri. Salah satu kekhususan jin ialah dapat mengubah bentuk. Misalnya jin kafir (setan) pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama, ketika kaum Quraisy berkonspirasi untuk membunuh Nabi SAW di Makkah. Kedua, dalam Perang Badr pada tahun kedua Hijriah, seperti diungkapkan Allah di dalam surat Al Anfal: 48.

Apakah jin juga mati?

Jin beranakpinak dan berkembang biak. Allah memperingatkan manusia agar tidak terkecoh menjadikan iblis (yang berasal dari golongan jin) dan keturunan-keturunannya sebagai pemimpin sebab mereka telah mendurhakai perintah Allah (QS. Al Kahfi: 50).

Banyak orang menganggap bahwa jin bisa hidup terus dan tidak pernah mati, namun sebenarnya ada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi SAW berdoa: "Anta al-hayyu alladzi la yamutu, wa al-jinnu wa al-insu yamutuna" artinya : Ya Allah, Engkau hidup tidak mati, sedangkan jin dan manusia mati.  (Bukhari: 7383, Muslim : 717). Dari sini jelas bahawa jin bisa mati. Bahkan ada juga beberapa hadist dan cerita para sahabat terpercaya bahwa yang mengabarkan kematian jin karena dibunuh oleh manusia. Ki Ageng sendiri punya banyak pengalaman bertarung dengan jin di alam nyata maupun alam gaib, dan pernah juga membunuh beberapa jin jahat dan ingkar janji.

Anggapan bahwa jin adalah makhluk yang sakti dan bisa melakukan "segalanya" dengan ajaib adalah 100% salah. Kehidupan jin sama seperti manusia, diantara mereka ada yang pintar karena berpendidikan tinggi dan ada yang bodoh karena faktor genetis atau kurang pendidikan. Bahkan tidak jarang jin pun terluka bahkan sampai mati, jika kita menuangkan air panas ke pohon atau lubang yang kebetulan dihuni jin. Kemudian terjadilah balas dendam oleh keluarga jin yang merasa dijahati, dan akhirnya timbul kesurupan atau penyakit yang aneh pada orang yang bersangkutan. Oleh karena itu ilmu spiritual untuk perlindungan gaib sangat dibutuhkan.

Selera Jin

Banyak perbedaan antara manusia dengan jin, namun persamaannya juga ada, di antaranya sama-sama menghuni bumi. Bahkan jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian jin juga bisa tinggal bersama manusia di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan bersama manusia.
Namun ada perbedaan yang mencolok antara jin dan manusia, yaitu soal selera makanan, penampilan dan tempat tinggal. Jika semua manusia (sejahat apapun dia), lebih memilih tempat tinggal yang bersih, makanan yang enak dan penampilan yang rapi, maka hal itu tidak berlaku pada jin.
Selera makanan, penampilan, dan tempat tinggal jin sangat sesuai dengan sifat jin itu sendiri. Misalnya untuk jin yang cabul, maka dia suka tinggal di toilet dan kamar mandi, tempat manusia membuka aurat. Agar aurat kita terhalang dari pandangan jin cabul ketika kita masuk ke dalam WC, hendaknya kita berdoa yang artinya, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) setan laki-laki dan setan perempuan." (HR At-Turmudzi). Mereka juga makan dari kotoran dan penampilannya sangat buruk.

Namun pada umumnya jin yang normal, lebih suka bertempat tinggal di tempat gelap dan sepi yang jarang dijangkau oleh manusia, misalnya kuburan, gua, hutan, gunung dan pulau terpencil. Bagi jin, kehadiran manusia adalah gangguan. Seperti bila di halaman rumah Anda didatangi sekelompok gajah liar, tentu Anda merasa sangat terganggu. Dan karena Anda tidak bisa berkomunikasi untuk memberi nasehat kepada gajah itu, maka tindakan Anda adalah mengusirnya dengan paksa, bahkan kadang sampai melukai. Nah seperti itu pula motivasi jin dalam mengganggu manusia, kadang memang karena niat jahat, namun kadang juga karena tidak ingin terganggu.


IBLIS
Dari Golongan Malaikat atau Jin?
Orang-orang berbeda pendapat tentang asal muasal Iblis, apakah dari golongan malaikat, jin, ataukah jenis makhluk tersendiri? Pendapat pertama dan kedua mengambil dasar dari ayat yang sama, yakni firman Allah Ta’ala:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabbnya.” (QS. Jin: 50)

Pendapat yang menyebutkan bahwa jin berasal dari malaikat berdalil dengan firman-Nya, “maka sujudlah mereka kecuali iblis.” Seperti dimaklumi, jika dikatakan ‘seluruh siswa hadir kecuali Amir’, bahasa yang lazim digunakan menunjukkan bahwa Amir juga seorang siswa. Begitu pula ayat di atas, jika dikatakan ‘semua malaikat bersujud kepada Adam kecuali Iblis’, maka Iblis juga termasuk golongan malaikat.

Adapun pendapat yang menyebutkan bahwa Iblis termasuk golongan jin, berdalil dengan firman-Nya, “Dia adalah dari golongan jin.”

Pendapat kedua ini –wallahu a’lam- lebih rajih, karena indikasinya lebih sharih (gamblang) daripada yang pertama. Sedangkan ayat yang ‘zhanniyatud dilalah’ (makna yang ditunjukkan memungkikan beberapa penafsiran) semestinya dibawa kepada yang qath’iyyatud dilaalah (yang lebih pasti makna yang ditunjukkannya).

Lagi pula, pengecualian Iblis dari malaikat yang bersujud belum tentu menunjukkan bahwa dia termasuk golongan malaikat. Dalam bahasa Arab dikenal dengan "istitsna’ munqathi", pengecualian yang terpisah. Beberapa ayat al-Qur’an menggunakan metode semacam ini. Seperti firman Allah,
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain hamim (air yang mendidih pada puncaknya) dan nanah.” (QS. an-Naba’: 24-25 )

Padahal telah dimaklumi bahwa ‘hamim’ maupun nanah tak lazim disebut sebagai minuman. Inilah istitsna’ munqathi’.

Hasan al-Bashri menguatkan pendapat kedua ini dan berkata, “Iblis itu sama sekali bukan termasuk golongan malaikat.”

Nama Person atau Jenis?

Setelah dipahami bahwa Iblis termasuk golongan jin, maka dapat dimengerti bahwa Iblis itu nama person, bukan nama jenis. Dialah satu-satunya jin yang ditunda kematiannya sampai hari kiamat. Seperti firman Allah:
“Iblis menjawab, ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan’. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh’.” (QS. al-A’raaf: 14-15)

Kata ‘kamu’ (berbentuk mufrad atau kata tunggal) menunjukkan hanya satu person. Dan nash yang ada –sejauh yang kami ketahui- hanya disebut dalam bentuk kata tunggal, yakni ‘ibliis’, tidak ada yang disebut dalam bentuk jamak (abaalis). Ini menunjukkan bahwa jumlah Iblis hanya satu.

Beberapa dalil juga menunjukkan setan maupun jin selain Iblis bisa mati sebelum Kiamat.

Ketika Khalid bin Walid diutus Nabi menghancurkan berhala Uzza yang berujud pohon, tiba-tiba dari bawah pohon muncul setan wanita Uzza, lalu dibunuh oleh Khalid. Seorang Anshar juga pernah bergulat dengan ular besar yang akhirnya dikatakan Nabi bahwa itu jin.

Abu Sa’id menyebutkan bahwa keduanya mati, “walaa yudra ayyuhuma awwalu maata,” tidak diketahui manakah yang lebih dahulu mati di antara keduanya.

Siapa Istrinya?

Allah telah mengabarkan bahwa Iblis memiliki keturunan dalam firman-Nya,
“Patutkah kamu mengambil dia (Iblis) dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?” (QS. al-Kahfi: 50)

Ya, dia beranak pinak, tapi siapa istri Iblis tidak disebutkan dalam nash. Kalau saja ada faedahnya secara syar’i, tentu Allah akan memberitakan tentangnya, baik dalam al-Quran maupun melalui lisan Rasul-Nya. Ketika asy-Sya’bi ditanya tentang nama istri Iblis, dengan santai beliau menjawab, “Itulah pernikahan yang tidak saya hadiri resepsinya.”

Cukuplah kita imani bahwa Iblis itu memiliki anak keturunan sebagaimana ditunjukkan ayat di atas.

Di Mana Posisinya?

Telah disebutkan dalam hadits, Iblis membangun istananya di atas air. Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan istananya di atas air, kemudian menyebar bala tentaranya, (setan) yang paling dekat kedudukannya dengannya adalah yang paling besar fitnahnya.” (HR. Muslim)

Ini tidak mengharuskan keyakinan bahwa Iblis tak pernah beranjak dari singgasananya. Yang jelas Iblis tidak pernah istirahat untuk membuat trik dan rekayasa untuk menyesatkan manusia. Hasan al-Bashri ditanya, “Apakah Iblis itu tidur?” Beliau menjawab, “Andai saja Iblis itu tidur, tentu kita bisa rehat.”


Siapakah Setan ?

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (QS. An Nas : 1-6).
Dari surah Annas jelas dan tidak ada keraguan bahwa "setan" sebetulnya adalah nama person atau sebutan untuk bangsan Jin dan Manusia yang jahat, suka mengganggu orang lain. Jadi anggapan kita selama bahwa yang disebut setan adalah makluk gaib yang menyeramkan adalah salah kaprah. Manusia yang jahat juga bisa disebut setan


0 Response to "Mengenal Jin, Setan dan Iblis"

Post a Comment

komputer